CILEGON - Keseriusan Pemerintah Kota (Pemkot) Cilegon memberantas peredaran minuman keras atau miras dipertanyakan. Gencarnya razia yang dilakukan pada saat  menjelang Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) beberapa waktu lalu hanya sebatas seremonial saja.

Menurut warga Kecamatan Grogol razia yang digelar Pemkot Cilegon tersebut tidak membuat efek jerah bagi pedagang miras.
“Coba cek aja, mas. Minuman keras malah masih gampang dibeli bebas di masyarakat. Jadi ini terkesan cuma jelang MTQ aja dirazai, selesai itu yaa marak lagi miras deh,” ujar salah-seorang warga yang merasa gerah dengan maraknya kembali peredaran miras di wilayah Kecamatan Grogol Kota Cilegon.

Sementara Camat Grogol H. Hudri saat dikonfirmasi mengaku tak bisa berbuat banyak dalam mengatasi peredaran miras tersebut.
“Untuk melakukan rajia miras kami harus memiliki angaran dan saat ini anggaran tersebut tidak ada,” ujarnya kepadaseputarbanten.com saat ditemui di ruang kerja, Kamis (09/04). 

H. Hudri menambahkan selain terkendala anggaran pihaknya harus berkordinasi dengan unsur Musawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) Grogol dalam melaksanakan razia miras.
“Kecamatan Grogol sendiri tidak memiliki kendaraan operasional. Selama ini dalam melaksanakan rajia pihaknya selalu meminjam kendaraan dari kecamatan lain" tegasnya

Dengan keadaan keterbatasan tersebut pihak Kecamatan Grogol akhirnya hanya mampu sebatas melakukan himbauan kepada masyarakat melalui pengurus RT dan RW.
Seperti diketahui Kota Cilegon dikenal sebagai kota baja karena di kota santri ini telah berdiri pabrik baja terbesar di Indonesia yaitu PT. Krakatau Steel (KS). Selain itu juga tengah ada pembangunan pabrik baja mega dunia yang merupakan patungan antara Pemerintah Indonesia dengan Korea Selatan yakni KS-Posco. Dengan berdirinya dua pabrik besar baja tersebut Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Cilegon secara otomatis bertambah besar.

Reportase: Parta

posted from Bloggeroid

Posting Komentar

 
Top