Janda Beranak Empat yang Miskin dan Mengenaskan
CILEGON - Pesatnya pembangunan di
Kota Cilegon tak begitu memberi manfaat bagi Idrawati dan keluarga. Kemiskinan
yang mendera sejak dua tahun lalu menjadikan janda beranak empat ini harus
banting tulang dalam mencari nafkah. Tidak itu saja, nasib dan masa depan keempat
anak Idrawati pun begitu mengenaskan
Ditemui di rumahnya di
Linkungan Medaksa Sebrang RT. 04/05 Kelurahan Tamansari Kecamatan Pulomerak
Kota Cilegon, Idrawati mengaku terasa putus asa dalam menggapai hidup.
“Sejak suami meninggal
saya harus banting tulang demi menghidupi keempat anak saya ini, pak,” keluh
Idrawati, Senin (13/4) pagi.
Diceritakan Idrawati,
dalam menghidupi keempat anaknya tersebut dirinya berjualan makanan dan kue di
rumah tinggalnya dengan modal yang minim.
“Rumah yang kami
tempatin ini juga lahannya milik pemerintah. Kami was-was bila suatu saat ada
penggusuran karena tidak ada tempat berlindung lagi, pak,” ujarnya dengan nada
resah.
Dari pengamatan seputarbanten.com kondisi Idrawati
terbilang cukup memprihatinkan. Selain tinggal di gubuk reot, janda berumur 35
tahun ini minim akan bantuan dari pihak pemerintah baik Pemkot Cilegon maupun
Pemprov Banten.
“Selama ini tidak pernah
ada bantuan, pak. Kecuali beras raskin, dan itu pun kami harus bayar dua ribu
rupiah perliter,” papar Idrawati.
Nasib tragis yang
dihadapi oleh Idrawati ini tidak sebatas persoalan nafkah saja. Namun persoalan
masa depan anaknya juga terbilang sangat menyedihkan. Ridwan putra pertama
Idrawati yang berusia 14 tahun harus putus sekolah karena terkendala biaya.
Sementara putra kedua Idrawati yang berusia 10 tahun mengalami keterbelakangan
mental. Dan dua anak Idrawati yang lainnya masih berusia dibawah lima tahun
atau balita.
“Sebenarnya saya pengen
sekali menyekolahkan anak-anak, pak. Tapi ya gimana lagi? Buat makan aja susah,
pak,” ujar Idrawati pasrah.
Reportase :
Mahmudin
Posting Komentar